Rabu, 27 Januari 2010

Cinta kepada Allah?


Segala sesuatunya bermula dari Allah.
Segala sesuatu di dunia ini akan terjadi dengan kehendak Allah
Jika ia berkehendak, ia tinggal mengatakan : Jadilah, maka jadilah sesuatu itu.
Segala sesuatu yang mungkin menjadi tidak mungkin ketika Allah berkehendak demikian.
Dan segala sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika Allah berkehendak.


Seseorang tidak akan mendapatkan syafa’at-Nya jika Ia tak berkehendak
Seseorang tidak akan mendapatkan kebaikan jika Ia tidak berkehendak
Dan seseorang tidak akan mendapatkan hidayah jika Ia tidak berkehendak.


Sehebat apapun seni kita dalam berda’wah,
Semenarik apapun pembawaan da’wah kita,
Seindah apapun kata-kata yang terlontar dari bibir kecil kita
Selihai apapun kita mengajak orang untuk berbuat kebaikan
Seapik apapun kita menggunakan berbagai macam metode dalam berda’wah
Tidak akan mendapat manfaat apapun bagi penerima da’wah itu jika Allah tidak mengizinkannya


Semua akan tergantung pada izzah para pelaku da’wah itu sendiri
Semuanya akan tergantung seberapa ikhlas para pelaku da’wah itu terhadap Rabbnya,
untuk tetap berpegang teguh dan kokoh di jalan ini


Tugas kita hanyalah penyampai risalah
Tugas kita adalah mengajak
Sisanya, serahkan pada Allah yang Maha berkehendak


Namun hal itu bukan berarti kita melakukan da’wah itu seadanya
Justru karena hal itu, kita harus senantiasa meningkatkan kualitas kita dalam berda’wah
Caranya? Tentu saja dengan mengakselerasi diri untuk senantiasa memperbaiki diri dari waktu ke waktu
Dengan terus menerus mencharge kondisi ruhiyah kita
Sebab hal itulah bahan bakar kita yang paling utama : MENUJU ALLAH


Tidakkah kita ingat akan janji Allah dalam salah satu Hadist Arbain ke 38 yang isinya :
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman : ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya."


Maka dari itu, jika kita sudah dekat dengan-Nya, jika kita sudah sedemikian mencintai-Nya, setiap apa yang kita lakukan akan senantiasa diliputi oleh Allah Swt. Sang Pemilik Kehidupan.


Sesederhana apapun cara da’wah kita,
Sekecil apapun upaya dalam berda’wah yang kita lakukan,
Semuanya akan memberikan manfaat yang besar bagi da’I dan mad’u
Insya Allah. Karena Allah telah meliputi kita.


Hal inilah yang memberikan kita sebuah kesimpulan :
Bahwa berda’wah harus menggunakan hati
Berlandaskan kecintaan kita kepada Allah Swt
Berdasarkan keinginan yang kuat untuk menggapai keridhaan-Nya

Ditulis untuk mengingatkan diri sendiri
Bahwa sesungguhnya cinta tertinggi hanyalah untuk-Nya.
Ruanganku, 27 Januari 2010



0 komentar: