Sabtu, 02 Januari 2010

Malam Tahun Baru : Bukan Sekedar ‘Ritual’ Tahunan Belaka

Teriakan terompet menggema diseluruh penjuru bumi. Suara bising nyaring itu keluar dari ribuan macam jenis terompet, dari yang ukurannya sebesar kelingking hingga yang ukurannya setara dengan ukuran tubuh seorang bocah berusia 10 tahun.


Dari yang suaranya memekakkan telinga hingga yang suaranya membuat dada bergetar hebat.

Peniupnya pun bermacam-macam. Mulai anak balita yang berumur 3 tahun hingga kakek-kakek bau tanah berusia 70 tahun, bahkan lebih dari itu.


Tak hanya terompet, sebagian orang cukup kreatif dalam upayanya untuk membuat orang tak dapat tidur nyenyak malam itu. Berbagai macam benda yang sekiranya akan mengeluarkan bunyi jika dipukul, ditendang ataupun dikoyak-koyak mereka keluarkan semuanya. Berkeliling kota, seolah mengatakan ”Selamat Menyambut Datanya Tahun Yang Baru, sahabat-sahabatku!!” melalui irama perkusi bekasnya itu.


Tak cukup meriah dengan keributan terompet dkk. sebagian besar menambahkan keramaian dengan semarak kembang api. Ribuan bola-bola panas diluncurkan menjulang ke angkasa, membuat jalur-jalur asap kecil tak tampak Lalu seketika memburai ditengah riuh ramainya manusia, menghiasi gelapnya langit malam dengan indahnya warna-warni keceriaan. Diiringi riuh ramai tepukan orang-orang yang menontonnya.



Kemeriahan malam itu semakin lengkap dengan hadirnya artis-artis dan band-band papan atas disejumlah panggung-panggung seni yang diadakan di sudut-sudut keramaian kota. Mengguncang hati para penontonnya. Membuat semuanya semakin larut dalam euforia malam pergantian tahun yang seolah-olah tanpa batas.

Begitu banyak orang mengisi waktunya malam itu dengan aktivitas yang sangat beragam. Sebagian besar lebih memilih untuk keluar rumah dan sekedar berkeliling kota, mencari keramaian dan kemacetan hingga pukul 24.00 tepat, sembari menyiapkan terompet dan perlengkapannya masing-masing. Ada juga sekelompok pemuda yang duduk melingkar, ditemani jagung bakar, ayam panggang dan sedikit ikan gosong lengkap dengan satu set bumbunya : Barberque, Rasa pedas, asam manis.


Sebagian yang cukup kreatif, mencoba membuat grafiti-grafiti indah disepanjang dinding-dinding usang yang telah terlupakan oleh peradaban. Menghiasi pinggiran kota dengan lukisan menarik mereka.

Sebagian lainnya hanya duduk bersama ditemani beberapa buah gitar dan beberapa jens minuman, mulai dari kopi, susu, teh, bandrek, Wedang Jahe, jamu, hingga minuman-minuman yang tak jelas apa rasanya. Moto mereka hanya satu : Makan Ga Makan, Asal Ngumpul.

Sembari diselingi gelagak tawa yang membahana.

Sebagian kecil lainnya yang biasanya berumur uzur lebih memilih untuk berbaring di sofa/ranjang empuknya ditemani bantal, guling dan selimut. Ya, Tidur!. Tidur telah menjadi salah satu pilihan alternatif untuk menghabiskan waktu dimalam ini. Mencoba acuh tak acuh dengan semua gegap gempita yang terjadi diluar sana.


Ya, begitulah gambaran kehidupan masyarakat kita disetiap penghujung tahun. Itulah ’ritual-ritual’ yang acapkali dilaksanakan, seolah-olah merayakan pergantian tahun telah menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari kultur budaya kita. Ibaratnya, makan, kalo tahun baru ga dirayain, kurang afdol rasanya.

Namun, dibalik dinding-dinding hagemoni itu, disela-sela pilar-pilar hedonisme itu ternyata ada sekumpulan orang yang justru mengasingkan diri dari mewahnya kehidupan dunia. Mereka mencoba menjauh dari semua euforia berlebihan yang sedang mengkungkung kita saat ini. Mereka lebih memilih untuk berdiam diri, merenungi apa yang telah terjadi tahun ini dan apa yang harus mereka lakukan untuk menghadapi setahun kedepan. Mereka lebih memilih untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Pemilik Kehidupan.


Inilah fenomena yang setiap tahun selalu kita amati. Tak banyak yang berubah, selain waktunya saja. Tahun lalu, ada panggung seni yang luar biasa mewah, yang menghabiskan dana hingga milyaran rupiah. Masih sama dengan kondisi tahun lalu, ada begitu banyak perayaan yang mengisi malam itu.


Tak banyak yang berubah, kecuali perubahan itu sendiri.

Tak ada pemaknaan khusus di momen pergantian tahun ini.

Semuanya beralu begitu saja.

Hanya menyisakan kenangan.

Meninggalkan bekas-bekas kesenangan dihati setiap pengikutnya.


Tidakkah kita coba berdiam sejenak dan berpikir, ”Apakah makna pergantian tahun ini bagi kehidupanku dan kehidupan orang-orang disekitarku?”. Apakah manfaat dibalik ’senang-senang’ yang kita lakukan semalam tadi? Jika memang tak ada manfaat yang dipetik dari perayaan semalam, apakah kita tidak termasuk golongan orang yang celaka? Menghabiskan waktu hanya untuk sesuatu yang kurang berguna. Tidakkah kita malu terhadap waktu yang senantiasa tertawa melihat kita menyia-nyiakan dirinya?

Momen pergantian tahun baru bukan sekedar ’ritual’ tahunan.



Ini Bukan tentang pesta, bung...

Bukan tentang euforia tak terkendali.

Ini tentang sebuah momen perubahan

Menjadi insan yang lebih baik



Ditulis dengan tamparan atas diriku

Ruanganku, Hari kedua

tahun 2010

0 komentar: