Rabu, 23 Juni 2010

Hikmah Perjuangan Meraih PIMNAS 2010

Pagi ini, saya mendapatkan sebuah berita yang sudah saya nanti-nantikan sejak beberapa pekan yang lalu. Sebuah berita yang menginformasikan kepada saya apakah perjuangan saya kali ini dalam Ajang PIMNAS ke XXXIII di Bali tahun 2010.Saat itu saya mendapatkan kabar dari seorang teman bahwa tim dari ITB yang berhasil lolos ke tahap berikutnya hanya 6 tim dan ketika saya tanyakan adakah nama saya didalamnya, ia menjawab : tidak ada.
Alhamdulillah... Rasa sedih bercampur haru mengisi hati saya saat itu.
Sedih, sebab ternyata harapan saya tidak berbuah menjadi kenyataan.
Haru, sebab ternyata penantian ini usai sudah.
Apa yang menjadi sebuah harapan dan keinginan yang saya tuliskan pada secarik kertas buram di langit-langit tempat tidur saya tidak terwujud. Saya memiliki harapan untuk bisa melaju di ajang PIMNAS tahun 2010 dan berkompetisi dengan mahasiswa lainnya dari seluruh penjuru Indonesia.
Namun ternyata Allah memiliki rencana lain yang lebih indah dibalik semua ini.

Mungkin, niat saya belum lurus untuk mengikuti PKM ini. Selama mengikuti rangkaian kompetisi PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) sejak bulan November tahun 2009 niat saya mungkin tidak lurus mencari keridhaan Allah semata. Iming-iming uang tunai Rp 15.000.000,00 yang dapat saya menangkan dan saya simpan untuk biaya pernikahan saya mungkin telah mencemari niat saya.

Bayang-bayang "Prestasi peraih Medali emas PIMNAS 2010" dalam CV (Curriculum Vitae) saya mungkin telah membuat niat saya semakin melenceng dari niat karena Allah. Astaghfirullah... Seharusnya niatnya tidak sedangkal itu.
Selama menjalani kegiatan PKM ini, saya terlalu banyak lalai dalam melaksanakan ibadah. Banyaknya pekerjaan yang harus saya lakukan selama menjalani PKM telah membuat saya meninggalkan shalat berjama'ah di masjid di awal waktu. Bahkan bekerja hingga dini hari membuat saya terlambat untk melaksanakan shalat shubuh. Banyaknya energi yang saya kuras telah membuat kualitas ibadah saya menjadi semakin terpuruk. Belum lagi ditambah interaksi saya dengan Kalamallah yang sangat minim setiap harinya, membuat kualitas ruhaniyah sedemikian berantakan. Tak heran jika banyak pelanggaran-pelanggaran yang saya lakukan selama kurun waktu tersebut.

Belum lagi pemenuhan hak teman-teman saya yang seringkali saya nomor-sekiankan, hanya untuk mengambil data di laboratorium. Agenda-agenda yang seharusnya dapat saya lakukan untuk memenuhi hak teman-teman saya dan memenuhi kewajiban saya, saya kesampingkan hanya untuk mengejar PKM. Astaghfirullah....
Maafkan saya, teman-teman....

saya jadi paham... mungkin itu sebabnya Allah tidak mengizinkan saya untuk lolos dalam kesempatan kali ini. Dari niat saja sudah kurang lurus, ditambah lagi selama pelaksanaan banyak maksiat. Jika saja Allah mengizinkan saya untuk lolos ke PIMNAS, mungkin saya akan semakin sombong dan semakin angkuh. Bisa jadi saya semakin banyak bermaksiat.

Alhamdulillah ya Rabb... Sungguh Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Hamba bersyukur atas ni'mat yang masih Engkau berikan.


Mungkin selama ini saya terlalu ambisi didalam meraih apa yang ingin saya capai. saya telah dikuasai nafsu yang sedemikian besar untuk memenangkan kompetisi ini.
Akibatnya hamba melupakan-Mu, Sang Pemilik Kehidupan....
Akibatnya hamba lupa apa sebenarnya tujuan penciptaan hamba.
Mungkin selama ini mata hamba telah dibutakan oleh nafsu duniawi
Menganggap bahwa apa yang ingin hamba capai adalah hal terbaik untuk hamba.
Ah... sungguh sombongnya diri ini. 
Padahal Allah telah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 216 :

Boleh jadi kamu membenci \sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Sungguh lalai diri ini.
Ampuni hamba ya Rabb...
jangan biarkan hamba terus menerus seperti ini.
Biarkan momen PKM dan PIMNAS kali ini menjadi pembelajaran yang sangat berarti bagi kami.
Karena sesungguhnya hanya Engkau lah yang paling mengerti apa yang kami butuhkan, bukan kami
Karena hanya Engkau lah yang paling mengerti jalan yang terbaik bagi kami.

Hamba yakin, ini adalah jalan yang terbaik yang Engkau berikan. Lega rasanya... Do'a yang selalu hamba lantunkan dalam sujud malam, dalam setiap shalat Engkau ijabah (kabulkan) Duhai Yang Maha Mendengar dan Mengabulkan Do'a.

"Ya Allah... Ihdinashsiratal mustaqim. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus."
Apapun jalan yang Engkau tunjukkan, tunjukkanlah hamba yang lurus saja. Dan ini adalah jalan yang lurus itu.
Alhamdulillah...

Ruanganku, 23 juni 2010
Ditemani sekelompok penyesalan
dan syukur yang mendalam

0 komentar: